Rokok vape atau rokok elektronik telah menjadi salah satu tren konsumsi nikotin yang semakin populer dalam beberapa tahun terakhir. Vape menyajikan dirinya sebagai alternatif yang lebih aman bagi pengguna rokok tembakau konvensional, dengan argumen bahwa dampak kesehatan dari vape jauh lebih rendah dibandingkan dengan rokok tradisional.

Namun, ada satu aspek yang sering diabaikan dalam perdebatan seputar vape, yaitu efek psikologis yang dimilikinya terhadap penggunanya. Artikel ini akan membahas dampak psikologis pengguna rokok vape dalam konteks kesehatan mental, sosial, dan perilaku, serta mencoba untuk menjelaskan mengapa vape mungkin tidak begitu aman seperti yang banyak orang percayai yang dilansir dari vapersindo.com.

Sejarah Singkat Rokok Vape

Rokok vape pertama kali diperkenalkan di Tiongkok pada tahun 2003 oleh seorang farmasis bernama Hon Lik. Ide dasar di balik rokok vape adalah untuk memberikan penggunaan nikotin tanpa membakar tembakau, yang telah dikenal sebagai penyebab utama kanker dan masalah kesehatan lainnya. Rokok elektronik bekerja dengan cara menguapkan campuran cairan nikotin, propilen glikol, dan berbagai sediaan rasa. Ini dijual sebagai alternatif yang lebih aman untuk merokok dan sebagai alat bantu berhenti merokok.

Rasa Nikmat tanpa Asap Beracun

Salah satu efek psikologis utama yang membuat rokok vape begitu menarik bagi banyak pengguna adalah pengalaman yang serupa dengan merokok tembakau, tetapi tanpa asap beracun yang dihasilkan oleh pembakaran tembakau. Vape menghasilkan uap yang disebut “aerosol,” yang sering kali terasa lembut dan ringan di tenggorokan. Hal ini memberikan sensasi merokok yang mirip tanpa efek samping merokok tradisional, seperti bau rokok yang kuat, pakaian berbau asap, atau risiko pasif merokok bagi orang di sekitarnya.

Nikotin sebagai Zat Adiktif

Dikutip dari sumber vape indonesia bahwa Meskipun rokok vape tidak mengandung banyak zat beracun yang ditemukan dalam rokok tembakau konvensional, mereka masih mengandung nikotin. Nikotin adalah senyawa yang sangat adiktif, dan ini adalah aspek penting dalam efek psikologis pengguna rokok vape. Banyak orang yang beralih dari rokok tembakau ke vape dengan harapan dapat mengurangi asupan nikotin mereka, tetapi pada kenyataannya, mereka sering kali terjebak dalam kebiasaan penggunaan nikotin yang sama, jika tidak lebih tinggi.

Efek psikologis dari nikotin termasuk rasa nyaman dan relaksasi yang cepat, peningkatan energi, dan peningkatan kewaspadaan. Pengguna rokok vape sering mencari pengalaman ini, dan ini dapat mengarah pada penggunaan yang berlebihan. Kebanyakan pengguna mungkin tidak menyadari sejauh mana ketergantungan mereka terhadap nikotin hingga mereka mencoba berhenti merokok vape, dan mengalami gejala seperti gelisah, ketidaknyamanan, dan keinginan kuat untuk kembali menggunakan vape.

Efek Sosial dan Stigma

Efek psikologis pengguna rokok vape juga mencakup aspek sosial. Meskipun vape sering kali diiklankan sebagai alternatif yang lebih sehat, stigma sosial tetap melekat pada penggunaannya. Banyak orang masih melihat pengguna rokok vape sebagai “perokok,” dan ini dapat memengaruhi perasaan dan persepsi diri pengguna. Stigma ini dapat mengakibatkan perasaan rendah diri, isolasi sosial, dan konflik dengan teman, keluarga, dan rekan kerja yang mungkin tidak setuju dengan penggunaan vape.

Efek sosial lainnya adalah pengaruh yang dimiliki oleh iklan dan promosi vape terhadap anak muda. Banyak produk vape memiliki rasa yang menarik bagi remaja, seperti buah-buahan atau permen, dan iklan yang menargetkan kelompok usia ini. Hal ini telah menciptakan keprihatinan tentang peningkatan penggunaan vape di kalangan remaja, dengan efek negatif yang mungkin terjadi pada perkembangan otak mereka.

Perilaku Imitasi

Efek psikologis lain dari rokok vape adalah perilaku imitasi. Banyak pengguna vape merasa bahwa mereka harus “menghisap” atau “menarik” pada rokok vape mereka seperti rokok tembakau. Hal ini sering kali menjadi perilaku yang sulit dihentikan, bahkan setelah seseorang berhenti merokok tembakau. Perilaku ini dapat menciptakan ketergantungan psikologis yang lebih besar pada rokok vape, bahkan jika tingkat nikotin dalam cairan telah dikurangi.

Perilaku imitasi ini juga dapat memengaruhi cara penggunaan rokok vape. Beberapa pengguna mungkin menggunakan vape lebih sering atau dalam situasi yang sama dengan rokok tembakau mereka sebelumnya, seperti di tengah stres atau saat bersosialisasi dengan teman yang merokok. Ini menciptakan risiko untuk meningkatkan asupan nikotin, bahkan jika mereka percaya bahwa mereka mengontrolnya.

Pengaruh Terhadap Kesehatan Mental

Efek psikologis pengguna rokok vape juga dapat merambah ke kesehatan mental. Meskipun rokok vape mungkin terlihat sebagai pelarian dari stres, penggunaan nikotin sebenarnya dapat memperburuk masalah kesehatan mental. Penelitian telah menunjukkan bahwa pengguna nikotin, termasuk pengguna rokok vape, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan kecemasan dan depresi. Nikotin dapat memengaruhi keseimbangan kimia otak, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi mood dan kesejahteraan mental.

Selain itu, penggunaan nikotin juga dapat mengganggu pola tidur, yang dapat berdampak negatif pada kualitas tidur dan energi sehari-hari.

By admin